Senin, 27 April 2015

7 Modus Penipuan di Jalanan yang Mungkin Enggak Kamu Tahu

1. Pura-pura ribut

Jika ketemu orang ribut di jalan yang sepi malam-malam, mending ga usah digubris. Takutnya itu adalah modus buat merampok pengendara yang berhenti buat misahin mereka. Sebab, sudah ada beberapa kejadian seperti itu.

Sindikat ini biasanya pakai mobil dan motor. Sopir mobil dan motor bakal terlihat adu argumentasi sampai memaki-maki dan adu jotos buat menarik perhatian pengendara lain. Setelah ada pengendara yang coba misahin, turun 2-3 orang dari belakang mobil sambil bawa senjata.

Akhirnya, kendaraan orang yang misahin kericuhan itu diambil orang-orang tersebut. Kalau sudah ditodong senjata, ya hanya bisa pasrah orang itu nyerahin kendaraannya. Daripada nyawanya melayang.

2. Jatuhin cek
Ini terhitung modus baru penipuan di jalanan. Kalau kamu menemukan amplop berisi cek senilai ratusan juta atau bahkan miliarn rupiah, jangan senang dulu. Bisa saja itu cek palsu yang dipakai penipu buat menjebak calon korbannya.

Penipu yang pakai modus ini sengaja membuang amplop berisi cek dengan surat yang dilengkapi nama dan nomor teleponnya. Ketika orang menemukan amplop ini, pasti dia berusaha menghubungi nomor telepon di surat itu. Nah, saat itulah si penipu beraksi.

Dia bakal menjanjikan sejumlah duit imbalan kepada orang yang menemukan cek itu. Tapi, ada syaratnya. Dia akan meminta detail rekening si penemu cek, misalnya bank, nomor rekening, sampai jumlah duit di rekening dan PIN ATM.

Sepertinya si penipu pakai ilmu gendam via telepon. Korbannya biasanya nurut-nurut saja dituntun ke ATM untuk disuruh mentransfer duit ke rekening si penipu. Kalau nemu cek semacam ini dan setelah menelepon ternyata disuruh macam-macam, langsung tutup saja teleponnya.

3. Rem berasap
Kalau penipuan dengan modus rem berasap banyak terjadi di wilayah dataran tinggi, terutama Puncak, Bogor. Modus ini banyak menimpa pengendara mobil yang tengah menuju Puncak. Biasanya pengendara ini baru sekali ke Puncak, jadi pengalamannya minim.

Penipu yang pakai modus ini adalah pengelola bengkel di Puncak. Mereka beraksi dengan menyiramkan air sabun ke knalpot yang menimbulkan asap. Saat ada asap, akan muncul pengendara motor yang mengingatkan sopir mobil itu bahwa remnya mengeluarkan asap, padahal asap keluar dari bagian knalpot.

Setelah sopir menepi, pengendara motor itu pura-pura membantu tapi ujungnya bilang, “Wah, harus diganti ini udah rusak.” Terus sopir mobil bakal dibimbing ke bengkel terdekat dan digetok dengan harga mahal untuk sebuah spare part yang belum tentu asli juga.

Modus ini sudah lazim terjadi di Puncak. Jadi kalau ketemu orang teriak-teriak remnya rusak atau apa pun, cuekin saja. Bilang saja kamu sudah punya asuransi mobil yang akan mengurus semuanya biar dia ga terus mengikuti.

4. Sengaja nyenggol
Modus sengaja nyenggol ini dilakukan pengendara motor secara berkomplot. Biasanya mereka menyasar pengemudi mobil perempuan, karena dianggap lebih gampang diperdaya.

Modus ini dijalankan pertama-tama oleh seorang pemotor yang sengaja nyenggol mobil calon korbannya kemudian ngotot minta ganti rugi. Dia bakal mengaduh kesakitan dan beralasan kakinya dulu pernah dioperasi. Dia juga mengancam akan membawa kasus itu ke polisi.

Kalau pengemudi mobil kukuh ga mau ganti rugi, bakal datang 2-3 temannya yang mengaku sebagai saksi kecelakaan itu. Mereka bakal menakut-nakuti si sopir agar membayar ganti rugi saja daripada nombok di polisi. Mereka juga ikut menuding bahwa si sopirlah yang salah.

Jika mengalami kejadian seperti ini, jawab saja tantangan si pemotor buat bawa kasus ini ke polisi. Kalau kamu merasa benar dan surat-surat lengkap, tantang balik dia untuk saat itu juga ke polisi. Dia pasti jiper dan memilih ngibrit meninggalkan TKP.

5. Debt collector gadungan
Kasus debt collector gadungan ini sering menimpa orang yang membeli sepeda motor dengan cara kredit. Komplotan mata elang itu biasanya memiliki akses ke data kredit leasing tertentu. 

Modusnya, mereka terdiri atas 5-6 orang bergerombol di pinggir jalan sambil pegang handphone communicator zaman dulu. Mereka tampak seperti mengecek pelat nomor setiap kendaraan yang lewat. Setelah nemu pengendara yang berpotensi jadi korban, mereka langsung tancap gas.

Empat orang dengan sepeda motor tanpa pelat di belakang bakal memepet si korban dan memberhentikannya. Kemudian mereka akan menginterogasi korban dan menyatakan kredit motor itu bermasalah, walau si korban beli motor dengan cara cash sekalipun.

Ujungnya adalah mereka bakal memaksa menyelesaikan masalah ini di “kantor”. Lalu salah satu di antara mereka akan membawa motor korban dan ngacir ke kantor yang entah berada di mana, sementara korban ditinggal sendirian.

Kalau ketemu kasus kayak gini, jangan kabur karena bakal dikejar mereka. Berhenti saja di tempat yang ramai dan langsung masukkan kunci motor ke saku. Tanggapi santai pertanyaan-pertanyaan mereka dan minta bukti bahwa motor itu bermasalah.

6. Jual barang di jalan


Modus ini dilakukan oleh satu orang di jalan yang memasang tampang minta dikasihani. Dia akan menawarkan barangnya, seperti arloji atau handphone, kepada pejalan kaki yang ditemui dengan alasan tak punya ongkos pulang.

Dia bakal menggunakan dalih macam-macam, seperti habis dijambret. Ujungnya, dia meminta barangnya dibeli dengan harga jauuuh di bawah harga pasar. Misalnya hape Samsung Galaxy Young dihargai Rp 100 ribu.

Saat dicek, hape ini terlihat meyakinkan, asli. Tapi begitu sudah deal, dia akan meminta izin melepas SIM card tapi dengan triknya menukar hape itu dengan hape replika yang udah disiapkan di tas atau kantong.

Bila ketemu orang semacam ini di jalan, simpan dulu rasa kasihan kita. Kalau omongannya sudah menjurus ke modus di atas, bilang saja, “Maaf, saya sudah tahu,” lalu kabur.

7. Nenek kehabisan ongkos
Modus yang satu ini mirip dengan modus jual barang, hanya pelakunya biasanya nenek-nenek renta. Dia biasanya beraksi di jalanan atau angkutan umum.

Pertama-tama, dia bakal menegur orang di jalan lalu bertanya alamat. Kemudian dia mengeluh mencari alamat orang ga ketemu-ketemu sampai kehabisan ongkos. Ujungnya, “Kalau ada duit seikhlasnya, Nak, buat nenek pulang ke (menyebut nama daerah yang jauh dari TKP)”.

Kalau terjadi di angkutan umum, Metro Mini, misalnya, si nenek bakal beraksi dari kursi belakang lalu berpindah-pindah sampai kursi depan. Kepada setiap penumpang dia akan menceritakan kisah sedihnya itu agar mendapat duit.

Memang, tak semua yang mengaku kehabisan ongkos di jalan adalah penipu. Tapi kalau modusnya sudah mirip kayak di atas, kita pantas curiga. Kalau mau bersedekah, mending yang pasti-pasti saja, seperti ke panti asuhan atau panti jompo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar